Evaluasi Program Koperasi Sekolah

Posted on

Landasan pokok dalam perkoperasian Indonesia bersumber pada UUD 1945 pasal 33 ayat (1). Pasal ini mengandung cita-cita untuk mengembangkan perekonomian yang berasas kekeluargaan. Peraturan yang lebih terperinci tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992.

  1. Contoh Program Koperasi Sekolah

Undang-undang ini berisi pedoman bagi pemerintah dan masyarakat mengenai cara-cara menjalankan koperasi, termasuk koperasi sekolah. Koperasi tidak berbadan hukum. Pengurus dan pengelola koperasi sekolah dilakukan oleh para siswa di bawah bimbingan kepala sekolah dan guru-guru, terutama guru bidang studi ekonomi dan koperasi. Tanggung jawab ke luar koperasi sekolah tidak dilakukan oleh pengurus koperasi sekolah, melainkan oleh kepala sekolah. Pembinaan terhadap koperasi sekolah dilaksanakan bersama antara Kantor Menteri Negara Koperasi Usaha Kecil dan Menengah, serta Departemen Pendidikan Nasional. Koperasi sekolah tidak berbadan hukum seperti koperasi-koperasi lainnya karena siswa atau pelajar pada umumnya belum mampu melakukan tindakan hukum. Status koperasi sekolah yang dibentuk di sekolah merupakan koperasi terdaftar, tetapi tetap mendapat pengakuan sebagai perkumpulan koperasi.

Pendirian Koperasi Sekolah Koperasi sekolah diharapkan menjadi sarana bagi pelajar untuk belajar melakukan usaha kecil-kecilan, mengembangkan kemampuan berorganisasi, mendorong kebiasaan untuk berinovasi, belajar menyelesaikan masalah, dan sebagainya. Untuk itu dalam mendirikan koperasi sekolah diperlukan pertimbangan agar yang diharapkan. Untuk itu dalam mendirikan koperasi sekolah, diperlukan pertimbangan-pertimbangan agar selaras dengan apa yang diharapkan. Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi di tata kehidupan koperasi yang berarti berbagai persoalan mengenai suatu koperasi hanya ditetapkan dalam rapat anggota.

Di sini para anggota dapat berbicara, memberikan usul dan pertimbangan, menyetujui suatu usul atau menolaknya, serta memberikan himbauan atau masukan yang berkenaan dengan koperasi. Oleh karena jumlah siswa terlalu banyak, maka dapat melalui perwakilan atau utusan dari kelas-kelas. Rapat Anggota Tahunan (RAT) diadakan paling sedikit sekali dalam setahun, ada pula yang mengadakan dua kali dalam satu tahun, yaitu satu kali untuk menyusun rencana kerja tahun yang akan dan yang kedua untuk membahas kebijakan pengurus selama tahun yang lampau. Agar rapat anggota tahunan tidak mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar di sekolah, maka rapat dapat diadakan pada masa liburan tahunan atau liburan semester. Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi sekolah, rapat anggota mempunyai wewenang yang cukup besar. Wewenang tersebut misalnya.

Pada dasarnya, semua anggota koperasi berhak hadir dalam rapat anggota. Namun, bagi mereka yang belum memenuhi syarat keanggotaan, misalnya belum melunasi simpanan pokok tidak dibenarkan hadir dalam rapat anggota. Ada kalanya mereka diperbolehkan hadir dan mungkin juga diberi kesempatan bicara, tetapi tidak diizinkan turut dalam pengambilan keputusan. Keputusan rapat anggota diperoleh berdasarkan musyawarah mufakat. Apabila tidak diperoleh keputusan dengan cara musyawarah, maka pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak di mana setiap anggota koperasi memiliki satu suara. Selain rapat biasa, koperasi sekolah juga dapat menyelenggarakan rapat anggota luar biasa, yaitu apabila keadaan mengharuskan adanya keputusan segera yang wewenangnya ada pada rapat anggota. Rapat anggota luar biasa dapat diadakan atas permintaan sejumlah anggota koperasi atau atas keputusan pengurus.

Penyelenggara rapat anggota yang dianggap sah adalah jika koperasi yang menghadiri rapat telah melebihi jumlah minimal (kuorum). Kuorum rapat anggota meliputi setengah anggota ditambah satu (lebih dari 50%). Jika tidak, maka keputusan yang diambil dianggap tidak sah dan tidak mengikat.

Evaluasi, dari awalkemunculannya sampai dengan saat ini terus mengalami perkembangan. Evaluasimerupakan istilah baru dalam kajian keilmuan yang telah berkembang menjadidisiplin ilmu sendiri. Walaupun demikian, bidang kajian evaluasi ternyata telahbanyak memberikan manfaat dan kontribusinya didalam memberikan informasi maupundata, khususnya mengenai pelaksanan suatu program tertentu yang pada gilirannyaakan menghasilkan rekomendasi dan digunakan oleh pelaksana program tersebutuntuk menentukan keputusan, apakah program tersebut dihentikan, dilanjutkan,atau ditingkatkan lebih baik lagi. Dan saat ini, evaluasi telah berkembangmenjadi tren baru sebagai disiplin ilmu baru dan sering digunakan oleh hampir semua bidang dalam suatu program tertentuseperti,evaluasi program training pada sebuah perusahaan, evaluasi programpembelajaran dalam pendidikan, maupun evalausi kinerja para pegawai negerisipil pada sebuah instansi tertentu. Dalam implementasinyaternyata evaluasi dapat berbeda satu sama lain, hal ini tergantung dari maksuddan tujuan dari evaluasi tersebut dilaksanakan. Seperti evaluasi programpembelajaran tidak akan sama dengan evaluasi kinerja pegawai.

Evaluasi programpembelajaran dilakukan dengan dituan untuk melihat sejauh mana hasil belajartelah tercapai dengan optimal sesuai dengan target dan tujuan pembelajaran itusediri. Sedangkan evaluasi kinerja pegawai dilakukan dengan tujuan untukmelihat kualitas, loyalitas, atau motivasi kerja pegawai, sehingga akan menentukanhasil produksi. Dengan adanya perbedaan tersebut lahirlah beberapa modelevaluasi yang dapat menjadi pertimbangan evaluator dalam melakukan evaluasi.Dari beberapa model evaluasi yang ada, penulis hanya akan membahas modelevaluasi CIPP ( Context, Input, Process,Product) yang dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam. Model evaluasi CIPP dalampelaksanaannya lebih banyak digunakan oleh para evaluator, hal ini dikarenakanmodel evaluasi ini lebih komprehensif jika dibandingkan dengan model evaluasilainnya. Model evaluasi ini dikembangkan oleh Stuffleabem, dkk. (1967) di OhioState University.

Model evaluasi ini pada awalnya digunakan untuk mengevaluasiESEA ( the Elementary and SecondaryEducation Act). CIPP merupakan singkatan dari, context evaluation: evaluasi terhadap konteks, input evaluation: evaluasi terhadap masukan, process evaluation: evaluasi terhadap proses, dan product evaluation: evaluasi terhadaphasil.

Evaluasi Program Koperasi Sekolah

Keempat singkatan dari CIPP tersebut itulah yang menjadi komponenevaluasi. Model CIPP berorientasi padasuatu keputusan ( a decision orientedevaluation approach structured). Tujuannya adalah untuk membantuadministrator (kepala sekolah dan guru) didalam membuat keputusan. MenurutStufflebeam, (dalam Widoyoko, 2009: 118) mengungkapkan bahwa, “ the CIPP approach is based on the view thatthe most important purpose of evaluation is not to prove but improve.”Konsep tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam dengan pandangan bahwa tujuanpenting evaluasi adalah bukan membuktikan, tetapi untuk memperbaiki. Model evaluasi CIPP telahdigunakan untuk mengevaluasi berbagai proyek pendidikan dan lembaga.

Misalnya,Joseph Felix mengadopsi model evaluasi CIPP untuk mengevaluasi dan meningkatkaninstruksi di Cincinnati, Ohio, sistem sekolah (Felix, 1979), sama, TomNicholson direkomendasikan model evaluasi CIPP untuk mengevaluasi membacainstruksi (Nicholson, 1998), sama Jan Matthews dan Alan Hudson mengembangkanpedoman untuk evaluasi proyek pelatihan orangtua dalam kerangka model evaluasiCIPP (Matthews & Hudson, 2001). Sebuah proyek pengembanganfakultas dirancang untuk mendukung pengajaran dan evaluasi profesionalismemahasiswa kedokteran dan warga diperiksa menggunakan model evaluasi CIPP(Steinert, Cruess, Cruess, & Snell, 2005). Model ini telah digunakan untukmembangun sistem indikator pendidikan nasional Taiwan (Chien, Lee, & Cheng,2007). Model ini juga berfungsi sebagai model evaluasi untuk Osokoya danAdekunle (2007) untuk menilai tingkat terlatihnya pendaftar di Yayasan Leventis(Nigeria) proyek Sekolah Pertanian'. Selain itu, Combs, Gibson, et al.

(2008)berasal penilaian kursus dan peningkatan model yang didasarkan pada modelevaluasi CIPP karena fleksibilitas dalam memberikan hasil formatif dan sumatif. Sebuah sistem evaluasi bersifat efektif yang memberikanvariasi majemen, struktur dan sumber daya manusia, mampu menilai sebuah rencanasecara akurat berdasarkan pengetahuan yang sesuai, begitu sangat penting. Modelevaluasi CIPP dapat memberikan kerangka yang komperhensif sebagai sebuahevaluasi kinerja pusat-pusat pendidikan dan menawarkan keakuratan sertakesesuaian informasi untuk mendukung seorang manajer pendidikan untukmenentukan strategi penentuan keputusan.

1 EvaluasiModel CIPP ( Context, Input, Process,Product). Stufflebeam (dalam Hasan,2002: 128) menyebutkan, tujuan evaluasi konteks yang utama adalah untukmengetahui kekutan dan kelemahan yang dimiliki evaluan. Dengan mengetahuikekuatan dan kelemahan ini, evaluator akan dapat memberikan arah perbaikan yangdiperlukan. Arikunto menjelaskan bahwa, evaluasi konteks adalah upaya untukmenggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasidan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek. Dalam hal ini suharsimi memberikancontoh evaluasi program makanan tambahan anak sekolah (PMTAS) dalam pengajuanpertanyaan evaluasi sebagai berikut. Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh program,misalnya jenis makanan dan siswa yang belum menerima?. Tujuan pengembngan apakah yang belum tercapai oleh program,misalnya peningkatan kesehatan dan prestasi siswa karena adanya makanantambahan?.

Tujuan pengembangan apakah yang dapat membantu mnegembangkanmasyarakat, misalnya kesadaran orang tua untuk memberikan makanan bergizikepada anak-anaknya?. Tujuan-tujuan manakah yang paling mudah dicapai, misalnyapemerataan makanan, ketepatan penyediaan makanan?2.2 Input Evaluation (Evaluasi Masukan). Tahap kedua dari model CIPPadalah evaluasi input, atau evaluasi masukan. Menurut Widoyoko (2009: 136),evaluasi masukan membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yangada, alternative apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapaitujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.

Komponen evaluasi masukanmeliputi: 1) sumber daya manusia, 2) sarana dan peralatan pendukung, 3) danaatau anggaran, dan 4) berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan. Dalam halini pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan pada tahap evaluasi masukan iniadalah. Worthen & Sanders 1981(dalam Widoyoko, 2009: 137) menjelaskan bahwa, evaluasi proses menekankan padatiga tujuan: “ (1) do detect or predictin procedural design or its implementation during implementation stage, (2) toprovide information for programmed decision, and (3) to maintain a record ofthe procedure as it occurs “. Evaluasi proses digunakan untuk menditeksiatau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahapimplementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekamanatau arsip prosedur yang telah terjadi.

Evaluasi proses meliputi koleksi datapenilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaanprogram. Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh manarencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki.

Sedangkanmenurut Suharsimi Arikunto, evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk pada“apa” ( what) kegiatan yang dilakukandalam program, “siapa” ( who) orangyang ditunjuk sebagai penanggung jawab program, “kapan” ( when) kegiatan akan selesai. Dalam model CIPP, evaluasi prosesdiarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan didalam program sudahterlaksana sesuai dengan rencana. Oleh Stufflebeam diusulkanpertanyaan-pertanyaan untuk proses sebagai berikut. Sax 1980 (dalam Widoyoko,2009: 598) memberikan pengertian evaluasi produk/hasil adalah “ to allow to project director (or techer) tomake decision of program ”. Dari evaluasi proses diharapkan dapat membantupimpinan proyek atau guru untuk membuat keputusan yang berkenaan dengankelanjutan, akhir, maupun modifikasi program. Sementara menurut Farida YusufTayibnapis (dalam Widoyoko, 2009: 14) menerangkan, evaluasi produk untukmembantu membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapaimaupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan. Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah tercapai?.

Contoh Program Koperasi Sekolah

Pernyataan-pernyataan apakah yang mungkin dirumuskanberkaitan antara rincian proses dengan pencapaian tujuan?. Dalam hal apakah berbagai kebutuhan siswa sudah dapatdipenuhi selama proses pemberian makanan tambahan (misalnya variasi makanan,banyaknya ukuran makanan, dan ketepatan waktu pemberian)?. Apakah dampak yang diperoleh siswa dalam waktu yang relatifpanjang dengan adanya program makanan tambahan ini?3 Tujuandan fungsi Evaluasi CIPP.